25 Mei 2025
Dr H M Suaidi M Ag Rektor Institut Binamadani Indonesia

ARAHBANUA.COM

 

 

Dr.H.M.Suaidi,M.Ag.

 

Filsuf Stoik legendaris asal Yunani, Epictetus, kembali menggugah kesadaran kita dengan pengingat yang sangat relevan bagi zaman modern. Dalam salah satu kutipan reflektifnya:
Memperingatkan kita untuk tidak puas hanya dengan belajar, tetapi juga menambahkan praktik dan pelatihan. Sebab seiring waktu, kita akan melupakan apa yang telah kita pelajari dan malah melakukan hal yang sebaliknya, bahkan memegang keyakinan yang bertolak belakang dengan yang seharusnya.

Siapa saja yang menganggap bahwa membaca buku, kitab,mengikuti pengajian, atau menyerap pengetahuan saja sudah cukup untuk membentuk karakter. Pengetahuan atau ilmu tanpa praktik adalah sia-sia. Bahkan lebih dari itu, jika tidak dilatih dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kita justru bisa tersesat

ilmu tanpa amal, diibaratkan seperti pohon tanpa buah. Ilmu yang tidak diamalkan dianggap sia-sia dan tidak bermanfaat, bahkan dapat menjadi sumber kesulitan. menekankan pentingnya mengamalkan ilmu yang telah dipelajari, karena ilmu yang tidak diamalkan akan ditolak oleh Allah SWT.

Sudah berapa lama kita menuntut ilmu?
Sudah berapa kitab yang kita baca?
Sudah berapa muhadhorah yang kita dengarkan?
Sungguh suatu kenikmatan ketika seseorang bisa aktif menuntut ilmu, akan tetapi apakah kita siap untuk menjawab pertanyaan yang pasti akan ditanyakan kepada kita semua, sebagaimana yang dikabarkan Nabi saw.:

وعَنْ عِلْمِهِ, مَاذَا عَمِلَ فِيهِ؟

Dia akan ditanyakan tentang ilmunya, apa yang telah diamalkan dari ilmunya

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:

كُلُّ عِلْمٍ وَعَمَلٍ لاَ يَزِيْدُ الإِيمَانَ واليَقِيْنَ قُوَّةً فَمَدْخُوْلٌ، وَكُلُّ إِيمَانٍ لاَ يَبْعَثُ عَلَى الْعَمَلِ فَمَدْخُوْلٌ

Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah kekuatan dalam keimanan dan keyakinan maka telah termasuki (terkontaminasi), dan setiap iman yang tidak mendorong untuk beramal maka telah termasuki (tercoreng).( Al Fawaid 86).

Hal ini dijelaskan dengan tegas oleh Al-Imam Asy-Syathibi dalam kitabnya yang luar biasa Al-Muwafaqat. Beliau berkata:

أَنَّ كُلَّ عِلْمٍ لا يُفيد عَمَلاً؛ فَلَيْسَ فِي الشَّرعِ مَا يَدُلُّ عَلَى استِحسَانِه

Semua ilmu yang tidak membuahkan amal maka tidak dalam syariat satu dalil pun yang menunjukkan akan baiknya ilmu tersebut. (Al-Muwafaqat 1/74)

Firman Allah:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ (٩)

“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakal-lah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S.az- zumr :9)

Tujuan utama bukan sekadar menjadi orang berilmu, tetapi menjadi orang berkebajikan dan itu hanya bisa dicapai dengan membentuk kebiasaan melalui praktik nyata.

Apalah arti Iman kalau tanpa Islam apalah arti Islam kalau tanpa Ilmu apalah arti ilmu kalau tanpa amal apalah arti amal kalau tanpa ikhlas.

 

 

*anwi/ pjmi/ ab/ nf/ 110525

Loading

redaksi