
ARAHBANUA.COM
Dr. H.M.Suaidi,M.Ag.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Syahadah (kesaksian) merupakan rukun Islam yang dipersaksikan itu ada dua hal. Hal itu, tiada Tuhan selain Allah ,Muhammad adalah penyampai risalah dari Allâh SWT . Dan Muhammad SAW adalah, utusan Allâh SWT.
لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ.محدا رسول الله
Kedudukan Dua Kalimat Syahadat Dalam Syari’at Islam, merupakan prinsip dasar yang menjadikan penentu keabsahan dan diterima atau tidaknya amalan . Suatu amalan akan sah dan diterima apabila dilakukan dengan keikhlasan hanya karena Allâh SWT.dan mutâba’ah (mengikuti) Ajaran Rasulullah. Ikhlas karena Allah SWT. realisasi dari syahadat لاله الا الله, tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allâh SWT. Sedangkan mengikuti ajaran Rasûlullâh SAW .realisasi
محمدا رسول الله
Muhammad adalah Utusan Allah SWT.
Ibnu Hajar (wafat th. 852 H) berkata, Yang dimaksud dengan syahadat di sini adalah membenarkan apa yang dibawa oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga mencakup semua yang disebutkan tentang keyakinan (rukun iman yang enam dan yang selainnya)
Pentingnya Mengetahui Makna Syahadat .
لاَإِلٰـهَ إِلَّا اللهُ
Telah diketahui secara pasti
bahwa persaksian tauhid merupakan kunci agama Islam, pokoknya agama, dan pondasi bangunannya. Tidak ada Islam bagi orang yang belum meyakini, mengucapkan, dan mengamalkannya.
Tidak diragukan lagi bahwa keadaan seperti ini tidak akan terwujud kecuali setelah mengetahui maknanya, karena urutan ini (ilmu, keyakinan, ucapan, dan amal perbuatan) bagaikan urutan bangunan dan pondasinya.
Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah (wafat th. 310 H) menafsirkan firman Allâh SWT :
إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
… Kecuali orang-orang yang menyaksikan dengan benar dan mereka mengetahui.[Az-Zukhrûf/43: 86]
Jadi, sesuatu yang harus diperhatikan oleh setiap Muslim adalah memahami kalimat toyibah لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ , dan mengetahui kandungannya dengan benar .
Seseorang tidak berpegang لاله الا الله, niscaya dia tidak akan sampai kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala . dan kunci pembuka Surga .
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْـجَنَّـةَ.
Barangsiapa akhir ucapannya adalah لاله الا الله pasti masuk Surga.
Ruh dan rahasia kalimat ini adalah pengesaan Allâh Subhanahu wa Ta’ala dalam kecintaan, pemuliaan, pengagungan, takut dan berharap (hanya kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala), dan perkara-perkara lain yang mengiringinya; berupa tawakkal, taubat, keinginan, dan ketakutan. Seorang Muslim tidak mencintai selain-Nya. Kalaupun mencintai selain Allâh SWT karena kecintaan itu merupakan bagian dari cinta kepada Allâh SWT dan merupakan sarana untuk menambah rasa cinta kepada Allâh SWT . Seorang hamba juga tidak takut kepada selain Allâh SWT, tidak berharap kepada selain-Nya, tidak bertawakkal selain kepada-Nya, ia hanya mengharap kepada Allâh, tidak takut selain kepada-Nya, hanya bersumpah dengan nama-Nya, tidak bernadzar selain kepada-Nya, hanya bertaubat kepada-Nya, tidak mentaati selain perintah-Nya, hanya mengharapkan ganjaran dari-Nya, tidak memohon pertolongan ketika terjadinya kesulitan selain kepada-Nya, hanya bersandar kepada-Nya, tidak sujud selain kepada-Nya, serta hanya menyembelih untuk-Nya dan dengan nama-Nya. Seluruh perkara ini terkumpul pada satu kalimat, yaitu, “Tidaklah disembah dengan semua macam ibadah, melainkan hanya Allâh semata. Inilah realisasi dari kalimat
لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ.
Oleh karena itulah, Allâh Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan api neraka bagi orang yang mengucapkan dan merealisasikan kalimat syahadat لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ dengan benar. Mustahil orang yang merealisasikan dan menerapkan syahadat ini masuk Neraka. Pernyataan ini sesuai dengan firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala
وَالَّذِينَ هُمْ بِشَهَادَاتِهِمْ قَائِمُونَ
Dan orang-orang yang berpegang teguh pada kesaksiannya.
Hamba tersebut telah melaksanakan syahadat tersebut secara lahir dan batin, baik melalui hati maupun anggota badannya.
Sebagian manusia ada yang syahadatnya mati, sebagian lagi syahadatnya tertidur sehingga harus dibangunkan supaya terjaga, sebagian lagi ada yang syahadatnya berbaring, dan sebagian lagi ada yang syahadatnya miring hampir berdiri. Kedudukan syahadat dalam hati seperti kedudukan roh terhadap badan. Ada roh yang mati, roh yang sakit dan lebih dekat kepada kematian, roh yang lebih dekat dengan kehidupan, serta ada roh yang sehat dan melaksanakan kemaslahatan badan.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنِّـيْ لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَا يَقُوْلُـهَا عَبْدٌ عِنْدَ الْـمَوْتِ إِلَّا وَجَدَتْ رُوْحُهُ لَـهَا رُوْحًا.
Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimat yang tidaklah seorang hamba mengucapkannya ketika dia meninggal dunia, melainkan rohnya akan mendapatkan roh baginya.
kehidupan ruh bergantung pada kalimat tersebut, seperti halnya kehidupan badan tergantung dari keberadaan roh; Juga sebagaimana orang yang meninggal di atas kalimat ini sehingga berhak berada di Surga dan bergerak bebas di dalamnya. Oleh karena itu, barangsiapa merealisasikan dan melaksanakan inti kalimat ini niscaya rohnya akan bergerak bebas dalam Surga, bahkan tempat tinggal dan hidupnya menjadi kehidupan yang terbaik. Allâh SWT berfirman :
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” [An-Nâzi’ât/79:40-41]
Surga adalah tempat tinggal bagi mereka pada hari Pertemuan dengan-Nya kelak.
Surga pengetahuan, kecintaan, kedekatan dengan Allâh , kerinduan terhadap pertemuan dengan-Nya, senang dengan Allâh, dan ridha terhadap-Nya merupakan tempat tinggal ruhnya di dunia. Barangsiapa surga tersebut adalah tempat tinggalnya di dunia maka Surga yang abadi akan menjadi tempat tinggalnya di akhirat. Sebaliknya, orang yang terhalang dari Surga dunia maka dia akan lebih terhalang dari Surga yang abadi. Orang-orang yang melakukan kebajikan berada di dalam Surga kenikmatan meskipun mereka mengalami kesulitan dan kesempitan hidup di dunia; sedangkan orang-orang yang durhaka berada dalam Neraka kepedihan meskipun kehidupan dunia mereka serba cukup. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” [An-Nahl/16: 97]
Kehidupan yang baik adalah Surga dunia. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا
Barangsiapa yang Allâh menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allâh kesesatannya, niscaya Allâh menjadikan dadanya sesak lagi sempit…”[Al-An’âm/6:125]
Kenikmatan manakah yang lebih baik dibandingkan kelapangan dada ? Dan, adzab manakah yang lebih pedih daripada sempitnya dada? Allâh Azza wa Jalla berfirman :
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُون ﴿٦٢﴾َ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ ﴿٦٣﴾ لَهُمُ الْبُشْرَىٰ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۚ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allâh itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allâh . Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.
Muga bermanfaat.
*aw/ pjmi/ ab/ nf/ 060225
KOMENTAR TERBARU