ARAHBANUA.COM
oleh OVAMIR ANJUM
diterjemahkan bebas oleh Reza Nasrullah Jurnalis Arah Banua
Ide inti dalam teologi politik islam adalah bahwa kedaulatan atau kewenangan dalam pengadilan final baik dalam alam semesta maupun hukum di antara manusia, berada pada ALLAH SWT. Pada jantung konsep ini terdapat wahyu yang diturunkanNya untuk manusia, namun bukan bermakna pemerintahan oleh ALLAH SWT langsung. Al-Qur’an tidak mengajarkan pemerintahan oleh sekelompok elit tertentu yang ditunjukNya. Kitab suci Al-Qur’an justru mengajarkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, yang setelahnya ALLAH SWT tidak lagi memerintah manusia melalui seorang jurubicara (yakni nabi/rasul). Maka secara wajar akan muncul pertanyaan: siapa yang akan menggantikan Nabi SAW? Bagi mayoritas penganut Sunni, jawabannya adalah: ummat, yakni kumpulan manusia yang memiliki kesamaan dalam iman kepada pesan-pesan Nabi SAW (yakni hadits2 sahih), yang akan dipimpin oleh seorang pengganti/penerus (khalifah) yang dipilih dari kalangan suku Quraisy, sukunya Nabi SAW.
Jawaban di atas berada di tengah dari dua jawaban lain yang saling bertentangan 180 derajat, yaitu jawaban aliran khawarij yang menolak adanya hirarki dalam bentuk apapun dan cenderung bersandar pada dalil tekstual tanpa kontekstual dan jalan kesalehan yang kaku, ekslusif dan tanpa kompromi. Pada ujung lainnya adalah jawaban kaum Syi’ah yang meyakini keturunan Nabi SAW dari garis Ali bin Abu Thalib adalah pewaris kepemimpinan ummat dengan alasan keilmuan Nabi pasti diwariskan ke Ali tanpa kurang sedikitpun dan hanya merekalah yang berhak menjadi imam bagi ummat sepeninggal Nabi SAW.
Sepanjang sejarah, ketegangan antara penafsiran berpusat pada ummat vs berpusat pada imam dalam teologi politik Islam telah melahirkan penafsiran-penafsiran kreatif.
Masa-masa setelah kolonialisme dan bertemunya ummat dengan sekularisme telah menjadikan suburnya pertumbuhan intelektual. Bagaimanapun situasi selanjutnya, bila kita menatap zaman melampaui dominasi sekularisme, maka TEOLOGI POLITIK ISLAM sedang menyaksikan kebangkitan ulang yang teguh dalam segi minat dan kreatifitas, in syaa’ALLAAHU .
(bersambung).
KOMENTAR TERBARU