23 Oktober 2024
Gambar WhatsApp 2024-05-15 pukul 21.55.12_630eac8b

UIA Siap Dirikan Museum Genosida Palestina

ARAHBANUA.COM

 

 

JAKARTA: Univesitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) akan mendirikan Museum Genosida Palestina yang bertujuan untuk mengingat masyarakat internasional akan kekejaman dan kebiadaban Israel terhadap rakyat Palestina.
Hal tersebut disampaikan Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Islam As Syafiiyah (YAPTA) Prof. DR. H. Dailami Firdaus SH., LLM, MBA, pada pembukaan seminar internasional tentang Palestina bertema: “Al-Aqsa: Simbol Perlawanan dan Identitas Perjuangan Palestina Melawan Imperialisme, di Auditorium AMC Kampus II Universitas Islam As-Syaffiiyah ( UIA ) Jalan Raya Jatiwaringin No 11 Pondok Gede – Jakarta Timur , Rabu 15/5.
“UIA siap mendirikan museum Genosida Palestina, untuk mengingatkan kita semua betapa kejamnya pembantaian yang dilakukan oleh Israel tehadap rakyat Palestina,” tutur Prof Dailami yang juga Senator RI asal Jakarta ini.
Dikatakan Prof. Dailami, pendirian museum Genosida Palestina itu tidak hanya sekadar mengingatkan, tetapi juga sebagai bahan kajian (study) untuk membantu rakyat Palestina merebut kemerdekaannya.
“Melawan penjajah Israel bukan hanya tanggung jawab rakyat Palestina tetapi merupakan perjuangan seluruh umat Islam untuk merebut kembali kota suci Yerussalem,” tambah Prof. Dailami.
Sementara itu Direktur The Baitul Maqdis Institute KH Fahmi Salim Lc. MA mengatakan. Sejauh ini, yang dilakukan masyarakat internasional, dalam membantu perjuangan rakyat Palestina hanya sebatas aksi demonstrasi, penggalangan dana dan bantuan sosial. Belum ada dengan kecerdasan intelektual
“Nah kami (The Baitul Maqdis Institute-red) ingin melengkapi perjuangan itu dengan perjuangan intelektual. Ingat, saat Salahuddin Al Ayyubi membebaskan Yerussalem, Beliau mengatakan bahwa perjuangan itu bukan semata dengan senjata, tetapi melalui perjuangan intelektual oleh umat Muslim,” tuturnya.
Diskusi akan dibagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama bertajuk “Baitul Maqdis dalam perspektif keagamaan dan sosial budaya. Dalam sesi ini tampil pembicara, antara lain The Chairman of the MUI for Foreign Relations PROF. DR. SUDARNOTO ABDUL HAKIM, MA. Kompas Senior Journalist of the Middle East DR. MUSTAFA ABD RAHMAN dan Head of the UIA Da’wah Doctoral Study Program PROF. DR. DAUD RASYID, MA.Sementara sesi kedua bertajuk “Rekonstruksi sektor pendidikan, diplomasi, ekonomi dan Hankam untuk pembebasan Palestina. Menampilkan pembicara, diataranya, Spokesperson for the Indonesian Ministry of Foreign Affairs MUHAMMAD IQBAL, PHD, Chair of ASEAN Palestinian Diaspora Ulama, DR. AHED ABU ELATTA, Perwakilan dari Universitas Wahran Aljazair PROF. DR. BALKHAIR TOHIRI AL-IDRISI dan Chief of Nuraa Women’s Institute DR. NURHAYATI ALI ASSEGAF.
Seminar ini melahirkan 11 Rekomendasi, yakni:
1. Mengerahkan kekuatan militer terutama oleh negara-negara anggota OKI atau negara-negara lainnya untuk menghadapi Israel. Military Force juga bisa dilakukan dengan pengiriman pasukan melalui mekanisme keputusan PBB. Sebab Israel sudah tidak lagi mematuhi desakan global dan hukum internasional untuk menghentikan genosida terhadap rakyat Gaza.
2. Memboikot produk-produk Israel dan perusahaan lain yang terafiliasi dengan Israel untuk terus diintensifkan baik di negara-negara muslim maupun negara-negara lain yang saat ini memberikan dukungan terhadap Palestina. Gerakan boikot terbukti nyata telah menggoncangkan sendi-sendi ekonomi penjajah dengan banyaknya gerai-gerai mereka yang tutup hingga perusahaan-perusahaan pendukung penjajahan yang mengalami kerugian.
3. Melakukan tekanan publik lebih intensif terhadap rezim Zionis dan aliansi pendukungnya agar mereka segera menghentikan genosida di Palestina. Hal ini sebagaimana telah ditunjukkan oleh civitas akademika di Amerika, Eropa, Australia dan negara-negara lain termasuk Indonesia. Koalisi besar kampus-kampus dan pusat pendidikan perlu dibangun, bersama dengan kekuatan-kekuatan masyarakat sipil lainnya.
4. Memperkuat politik dan diplomasi untuk memperlemah posisi Israel dan Amerika secara global sehingga tidak ada pilihan kecuali gencatan senjata secara permanen, ditarik mundurnya IOF (Israel Offensive Force), penghentian genosida, dan kemerdekaan Palestina. Dukungan 143 negara anggota PBB terhadap Palestina supaya menjadi anggota tetap PBB (bukan lagi observer) adalah langkah politik-diplomatik yang sangat penting dan perlu ditindak lanjuti di DK PBB.
5. Mendukung penegakan Hukum Internasional sehingga advisory opinion yang sudah dilakukan di mahkamah internasional ICJ meyakinkan PBB untuk memutuskan bahwa Israel benar-benar melakukan okupasi dan genosida. Kemudian, Indonesia dan negara-negara lain perlu memberikan dukungan atas inisiatif penangkapan terhadap Benyamin Netanyahu dan pejabat Israel lainnya yang berada di balik Genosida di Palestina.
6. Membangun gerakan literasi tentang perjuangan Palestina dan kejahatan Israel terutama di kampus-kampus dan pusat-pusat pendidikan di Indonesia. Melalui gerakan ini, diharapkan pengetahuan dan kepedulian generasi muda tentang dan terhadap Palestina dan Masjid Al-Aqso sebagai symbol sentral perjuangannya semakin baik, dari aspek sejarah, ideologi dan politik.
7. Memasukkan kurikulum Baitul Maqdis di kampus-kampus dan pondok-pondok pesantren di Indonesia yang memiliki program studi kajian Islam, sejarah, sosial dan politik, hukum, serta program-program studi terkait agar mahasiswa, para pemuda, dan civitas akademika memahami pentingnya arti kiblat pertama bagi umat Islam ini dan terlibat aktif dalam perjuangan pembebasan Palestina.
8. Mengenalkan, mendorong dan memprakarsai berdirinya Pusat Studi Baitul Maqdis atau Baitul Maqdis Corner di universitas-universitas Islam baik negeri maupun swasta di Indonesia sebagai sumbangsih nyata pembumian proyek utama umat Islam dunia: kemerdekaan Palestina dan pembebasan Baitul Maqdis dari segala bentuk penjajahan dan kezaliman.
9. Mengintegrasikan ilmu Baitul Maqdis ke dalam upaya penyelesaian diplomasi dan militer masalah Palestina dimulai dari tingkat masyarakat sipil hingga pemerintahan di negara-negara Muslim dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan Al-Aqso di forum-forum nasional dan internasional.
10. Menekankan pentingnya koordinasi nasional untuk menggalang kontribusi Masyarakat muslim Indonesia dan ormas Islam Indonesia dalam proses rekonstruksi Gaza paska perang dalam sektor pembangunan rumah ibadah, sektor Pendidikan, dan sektor Kesehatan serta rehabilitasi korban perang.
11. Mendukung inisiatif pembangunan Museum Genosida Bangsa Palestina oleh Zionisme Israel di Indonesia sebagai negeri mayoritas muslim terbesar di dunia, anggota OKI, G-20, Gerakan Non-Blok dan ASEAN yang berpengaruh di dunia internasional.*** ()

Loading

redaksi