12 Desember 2024
WhatsApp Image 2023-05-17 at 00.20.41
Penulis:  M.U SALMAN
arahbanua.com, JAKARTA

 

Lama tinggal dan menempuh pendidikan teknik di Pennsylvania, AS, dan Institute Teknologi Massachussets, Selcuk Bayraktar yg kini berusia 43 thn kembali ke Turki pada 2007.

Mendirikan perusahaan yg bergerak di bidang industri pertahanan di Baykar, Turki, Bayraktar juga meneruskan perusahaan industri otomotif ayahnya yg berdiri sejak 1980.

Tujuh tahun sekembalinya dari Amerika, Bayraktar melakukan terobosan, ketika dia melengkapi perusahaannya di bidang militer melalui drone dalam perang melawan kelompok teroris separatis yg membahayakan negaranya, Turki.

Selama kampanye pemilu tahun ini, Bayraktar menggelar pameran produk-produk pertahanan, termasuk kapal perang yang akan meluncurkan drone masa depan.

Beberapa hari setelah gempa bumi 6 Februari lalu, Bayraktar berdiri di depan tumpukan puing di tengah area bencana. Dia terlihat lelah dan sedih. Lebih dari 50.000 nyawa melayang dalam bencana tersebut. Ratusan ribu orang kehilangan rumah. Dalam video yang diposting Bayraktar di akun Twitternya, dia berjanji membangun rumah-rumah baru untuk para korban.

Sejatinya Bayraktar bukan anggota pemerintah Turki. Dia merupakan pemilik perusahaan pertahanan Turki, Baykar, dan pemimpin perusahaan otomotif orang tuanya. Dia dan saudaranya mencitrakan diri di dunia internasional sebagai pembuat drone dan pesawat kendali jarak jauh yang di awal invasi Russia ke Ukraina, membantu militer negara tersebut untuk dapat bertahan hingga skrg.

Pidatonya di hadapan publik Turki pasca bencana gempa, membuatnya nampak seperti berusaha untuk turut bertanggung jawab. Ya, bisa jadi karena Presiden Recep Tayyip Erdogan adalah ayah mertuanya. Bayraktar menikah dengan putri bungsu Erdogan, Sumeyye Erdogan pada 2016. Hal ini membuat banyak orang percaya bahwa dia boleh jadi berada dalam posisi untuk menggantikan ayah mertuanya sebagai pemimpin Turki berikutnya.

Jika Erdogan selesai dalam tugasnya memimpin Turki, kesuksesan Bayraktar telah membuatnya begitu populer di Turki, sehingga tidak ada yang mengabaikannya beserta sepak terjangnya melalui karya dan perusahaannya. Pengaruhnya pada politik Turki diyakini akan meningkat.

Baykar, perusahaan Bayraktar, menjadi pengekspor senjata terbesar Turki pada 2021, dengan penjualan tahunan sebesar $664 juta. Perusahaannya semakin berkembang lebih jauh sebagai akibat perang Rusia-Ukraina. Tahun lalu, perusahaannya, Baykar, mengirimkan drone dan teknologi lainnya senilai $1,8 miliar kepada 18 negara.

Militer telah mengerahkan drone Bayraktar TB2 di medan perang Libya serta di Nagorno-Karabakh dan Ethiopia. “Ini memungkinkan revolusi operasional yang cukup signifikan dalam bagaimana perang dilakukan saat ini,” kata Rich Outzen, pakar Turki di AS.

Markas besar Baykar di pinggiran Istanbul lebih terlihat seperti kampus sebuah universitas daripada pabrik senjata. Suatu sore di musim panas lalu, sebagian besar karyawan muda terlihat berjalan melintasi area yang luas. Sekelompok orang bermain voli di lapangan milik perusahaan tersebut. Selcuk Bayraktar sendiri telah mendekorasi kantornya di lantai atas gedung kaca dan beton dengan model pesawat. Nampak jaket penerbangan tergantung di rak mantel.

Bayraktar, 43 tahun, terlihat seperti aktor film dengan rambut hitam pendek. Ayahnya, Ozdemir, mendirikan perusahaan tersebut pada 1980-an sebagai pemasok industri otomotif. Ibunya, Canan, adalah seorang ekonom dan ilmuwan komputer. Bayraktar mengaku dia terpesona oleh segala sesuatu yang berkaitan dengan teknologi saat masih kecil. Terutama pesawat terbang. Bayraktar gemar berbagi cerita tentang bagaimana dia sendiri melakukan perjalanan ke garis depan di pegunungan Turki tenggara untuk mengembangkan drone lebih lanjut.

Kegemarannya itu membawa Baykar sebagai andalan industri pertahanan Turki. Yang tumbuh sepuluh kali lipat sejak Erdogan berkuasa pada tahun 2003.

“Kami bukan lagi pengemis,” kata Erdogan saat berpidato di hadapan calon militer Turki. “Banyak orang menginginkan drone dari kami,” ucapnya terkait drone produk Baykar.

Elon Musk
Tak sedikit orang yang menyamakannya dengan Elon Musk, seorang penemu, pengusaha, entrepreneur dan tokoh bisnis sukses dari AS, pendiri CTO, CEO SpaceX, CEO dan arsitek produk Tesla, Inc, dll.

Anggapan ini disematkan ke Bayraktar lantaran jiwa dan semangat inovasinya yang dikenal selama ini. Bagi banyak orang, Bayraktar memiliki cita-cita, spirit dan kesuksesan di sektor swasta, sehingga membawanya seperti saat ini.

Dalam sebuah wawancara di kantornya di Istanbul, Selcuk Bayraktar berpendapat bahwa drone lebih akurat dibanding peralatan senjata lain. Dan, karena sebuah serangan itu terekam, maka menurutnya melalui drone ada pertanggungjawaban yang lebih besar.

Kutu Buku

Meski berada di lingkungan yang kental dengan politik, Bayraktar adalah sosok yang dikenal sebagai kutu buku dan pengotak-atik yang lebih peduli pada kode komputer daripada politik. Bayraktar juga secara teratur memposting shalawat Islami di media sosialnya, dimana dia memiliki sekitar 2,7 juta pengikut di setiap platform. Dia juga memberikan dukungan untuk inisiatif pendidikan. Saat tampil di depan umum, ia sering mengenakan jaket penerbangan berwarna merah.

Ketika ditanya tentang ambisi politiknya, Bayraktar hanya mengatakan bahwa tanggung jawab utamanya saat ini adalah pada Baykar. Dia tentu mengikuti dengan cermat bagaimana saudara iparnya, Berat Albayrak (yang juga menantu Presiden Erdogan) “jatuh” dalam masa jabatan singkatnya di pemerintahan, sebagai menteri keuangan.

Sang Ayah Seorang Kepercayaan Mantan Perdana Menteri dan Pemimpin Islam Turki, Necmettin Erbakan

Bayraktar membawa banyak hal yang dapat membantu memastikan kesuksesan dalam politik Turki. Misalnya, sang ayah, Ozdemir, adalah orang Kepercayaan mantan Perdana Menteri Turki, Necmettin Erbakan Rahimahullah. Seorang pemimpin Islam Turki yang juga mentornya Presiden Erdogan. Dan, prototipe drone Bayraktar TB2 didedikasikan untuk Erbakan.

Melalui pernikahannya dengan Sumeyye, Bayraktar juga tentu memiliki akses ke lingkaran kekuasaan Turki.

Erdogan tengah berupaya agar tetap sebagai pemimpin Turki saat ini melalui pemilu. Setidaknya untuk satu periode lagi. Dan, Bayraktar masih cukup muda untuk menunggu di sayap (kepemimpinan Turki) sampai gilirannya tiba.

Sumber: Der Spiegel dan Sohib di Turki

Loading

redaksi