Penulis : Agus Salim Matondang
arahbanua.com, BANJARBARU-
Jika pemahaman dan kekuatan Tauhid, dijadikan sebagai pondasi utama dalam setiap aspek kehidupan, niscaya ummat Islam dapat mengendalikan dan *membangun peradaban yang unggul dan elegan, berdasarkan nilai-nilai yang saklar lagi mulia _(rahmatan lil alamin)_*;
Ukhuwah Islamiyah
Jika kekuatan ummat dibangun berdasarkan Ukhuwah Islamiyah, tidak terjebak kepada egosentrisme secara parsial dan dangkal, niscaya kekuatan ummat tak mudah digoyahkan dan dikalahkan oleh kaum munafik, pengkhianat, sekuler, komunis-ateis, kafir, islamophobia, dan sejenisnya;
Back to Mosque
Jika ummat Islam kembali ke masjid (back to mosque) untuk memakmurkannya, dalam pengertian dan makna yang sesungguhnya, serta sesuai dengan yang seharusnya. Masjid dijadikan sebagai sentra utama aktivitas keummatan, niscaya dapat mempercepat konsolidasi untuk kebangkitan dan kejayaan ummat Islam;
Pemberdayaan Ekonomi
Jika pembangunan/ pemberdayaan ekonomi ummat, dilakukan sesuai dengan hukum-hukum ekonomi, berlandaskan nilai-nilai Islam, serta ditopang oleh sistem jaringan _(net-working)_, sains dan teknologi, niscaya kekuatan ekonomi sungguh menakjubkan.
Dapat diandalkan untuk menghadapi gempuran kaum kapitalis, konglomerat rakus, yang menguasai mayoritas aset negeri ini.
Kemiskinan, kemelaratan, keterbelakangan ummat pun secara pasti akan dapat terus berkurang. Sungguh, bukan main dahsyatnya potensi ummat, dengan sokongan jumlah/ populasi ummat Islam Indonesia 230 juta jiwa;
Kekuatan Politik
Jika ummat Islam dapat membangun dan merajut kekuatan politik, masuk ke seluruh sektor-sektor strategis yang menentukan, niscaya dapat terwujud suatu tatanan dan kondisi masyarakat yang: “Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur”. (Negeri yang baik dengan Rabb Yang Maha Pengampun).
Bersama Partai Ummat
Potensi ummat Islam yang luar biasa, kekayaan alam yang juga luar biasa sebagai anugerah dari Allah SWT, tidak akan banyak berarti, jika kita hanya sebagai penonton saja. Mesti berperan aktif. Merebut peluang untuk dapat sebagai pemain yang menentukan.
Persyaratan yang diperlukan mutlak dibangun, yaitu jalan untuk mencapainya.
QS. Al-Ma’idah 5:35 “Ya ayyuhallazina amanuttaqullaha wabtaqu ilaihi-wasilata wajahidu fi sabilihi la’allakum tuflihun.”
_( Wahai orang-orang yang beriman. Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada Allah-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung)_.
Kini, kita sudah mempunyai Partai Ummat (besutan tokoh, akademisi- cendekiawan muslim, politisi senior Prof.Dr.M.Amien Rais, MA). Sebelumnya beliau mendirikan PAN. Awalnya lurus-lurus saja. Belakangan berbeda jalan dengan para elite PAN yang ada saat ini. Kita tahulah…!
Kehadirian Partai Ummat (PU), hemat saya sedikit atau pun banyak tidak terlepas dari inspirasi, pemikiran dan untuk melanjutkan cita-cita dan semangat perjuangan para tokoh, ulama, politisi terdahulu. Sebut saja misalnya: H.Mohammad Natsir Rahimahullah; H.M. Yunan Helmi Nasution Rahimahullah, (Kelahiran Mandailing Julu, desa Botung Kec. Kotanopan); Mr. Kasman Singodimedjo Rahimahullah; dan lain lain.
Proses kelahirannya cukup berliku. PU sempat tidak diloloskan Verifikasi Faktual oleh KPU. Digugat, terjadi mediasi. Alhamdulillah berkat perjuangan “perlawanan” yang gigih, istiqomah dan do’a yang dipanjatkan kehadirat Allah SWT, akhirnya Partai Ummat dapat lolos untuk kemudian ikut sebagai peserta pemilu 2024.
Rekrutmen Kader
PU sebagai partai yang baru, akan menghadapi tantangan yang tidak ringan. Perlu mendapat perhatian, dimanaj secara baik dan fokus, sedikitnya berikut ini:
1). Memberikan peluang dan welcome, serta untuk dapat merekrut tokoh ummat yang potensial sebagai kader;
2). Ditopang oleh kualitas kepemimpinan dan soliditas yang baik di segenap lini;
3).Dapat merajut kekuatan parsial ummat yang terjadi selama ini.
Kemudian PU menjadi solid, utuh, mempunyai kekuatan riil, sehingga aspirasi ummat Islam dapat terakomodasi. Keterpurukan pun dapat diangkat.
Hal demikian menjadikan kekuatan politik ummat pun tidak lagi dalam posisi lemah, yang dimarginalkan (dipinggirkan, tidak diperhitungkan, karena kondisinya yang sejauh ini lemah, tidak berdaya).
Khotimah
Para tokoh yang mencintai Islam dan ummatnya, mesti sadar bahwa keadaan negeri semakin mengkhawatirkan. Tidak sedang baik-baik.
Oleh sebab itu, tiada lain bahwa kekuatan politik ummat menjadi keniscayaan.
Ujar Buya HAMKA: “Kebaikan Yang Ditegakkan, dan Kejahatan Yang Diruntuhkan” (Falsafat Hidup , Cetakan XII, 2022).
Motto PU: “Lawan Kezaliman, Tegakkan Keadilan”!!! Wallahu’alam🙏#Salam, ASM. 15/6/2021.
(Notes: Artikel lawas ini, telah direvisi dan dikembangkan pada bagian tertentu, agar tetap relevan dengan dinamika yg terjadi #asm).
KOMENTAR TERBARU