24 Mei 2025
Gambar WhatsApp 2025-04-19 pukul 21.34.09_93d1eb6b (2)

ARAHBANUA.COM

 

 

Harga komoditas kelapa pascalebaran semakin tak terkendali. Bahkan kenaikan harga kelapa kini meroket hingga tiga kali lipat. Dari semula hanya berkisar Rp 6 ribu, sekarang menyentuh harga Rp.15-18 ribu per butir.

Pengusaha penggilingan kelapa Junaidi, 53, menyampaikan, harga kelapa saat ini memang diluar prediksi. Banyak pelanggan yang terkaget dengan mahalnya harga kelapa.

Kondisi ini dianggap menjadi pemicu daya beli masyarakat menurun. “Disini jual hitungan kelapa atau kiloan. Kalau butiran ukuran kecil sekarang Rp 15 ribu,” jelasnya, Jumat (18/04/2025)

Harga komoditas kelapa pascalebaran semakin tak terkendali di Jogjakarta. Bahkan kenaikan harga kelapa kini meroket hingga empat kali lipat. Sebelum lebaran harga kelapa hanya berkisar Rp.5 ribu saat ini harga kelapa mencapai Rp.15.000 sampai Rp.20.000 perbutir.

Salah seorang pengusaha penggilingan kelapa parut di Pasar Kolombo Ibu Nurdarozah (60) menyampaikan bahwa dia bisa memaklumi tentang meningkatnya harga kelapa saat ini dan memang diluar prediksi.  Kondisi ini dianggap menjadi pemicu daya beli masyarakat menurun.

Ibu Nurdarozah menjelaskan harga kelapa hingga menyentuh Rp.15 ribu per butih baru kali pertama selama dirinya berjualan kelapa selama ini.”Ini baru pertama kali sejak saya berjualan hampir dua puluh tahun belakangan ini tingginya harga kelapa” ujarnya hari Sabtu (19/4/2025).

Sebutir kelapa yang berukuran sedang dia patok Rp.15.000 perbutir sedangkan berukuran besar Rp.20.000 perbutir. “Harga kelapa itu termasuk jasa memarut kelapa. Air dan batok kelapa kadang diminta pembeli kadang tidak” ujarnya.

Bahan baku berupa kelapa secara rutin dibawa pengepul kelapa adalah Kalibawang Kulon Progo dengan sistim pembayaran bayar belakangan katanya.

Ia mengatakan kelapa kelapa itu didatangkan pengepul dari daerah Kalibawang Kulon Progo. Kabupaten Kulon Progo merupakan wilayah pemasok utama kelapa untuk utama di Jogjakarta. Daerah penghasil buah kelapa itu Kecamatan Wates, Kokap, dan sebagian Kecamatan Panjatan, Kecamatan Galur dan Temon di Kulon Progo, ujarnya.

Kelapa bulat belakangan mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan. Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkap biang keroknya adalah karena pelaku usaha banyak yang melakukan ekspor.

Budi menyebut saat ini harga ekspor tengah meningkat, sehingga lebih dipilih oleh pelaku usaha. Akibatnya, pasokan di dalam negeri menipis dan harga melambung.

Ya kan ini kan mahal kan karena diekspor ya harga ekspornya memang lebih tinggi daripada harga dalam negeri sehingga karena semua ekspor, akhirnya jadi langka dalam negeri,” kata Budi ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis kemarin.

Untuk itu, pihaknya akan mengumpulkan kembali petani, pelaku usaha atau eksportir, guna menemukan titik tengah. Karena jika terlalu murah, petani dan eksportir akan merugi, di sisi lain kebutuhan dalam negeri harus dipenuhi.

“Karena kita juga di dalam negeri membutuhkan, tetapi harga tentunya juga kalau murah kan petani, eksportir kan nggak mau. Jadi nanti kita cari kesepakatan yang lebih baik,” ujar dia. (Ridar/*)

Loading

redaksi