
ARAHBANUA.COM
By. Bang Azis
Relasi masyarakat betawi dengan masyarakat internasional telah berjalan sedemikian lama, salah satunya dengan masyarakat Tionghoa, sehingga budaya Betawi memiliki sentuhan budaya tionghoa atau akulturasi. Akulturasi Betawi dan tionghoa meliputi berbagai sisi kehidupan orang Betawi mulai dari makanan (kuliner), pakaian (fashion), bahasa dan tradisi lainnya. Termasuk tradisi tahunan orang tionghoa yakni Tahun baru tionghoa yang dikenal dengan nama imlek. Bagi warga Tionghoa imlek bukan sekedar tahun baru tapi juga merupakan hari raya. Karena hari raya mereka berkumpul dengan keluarga merayakan dan mengucapkan syukur atas berkah yang diterima tahun sebelumnya dengan ucapan “gong xi fat chai” yang bermakna semoga bahagia dan sukses. Imlek merupakan perayaan hari besar keagamaan bagi umat Khonghucu. Mereka merayakannya dengan mengadakan ritual sembahyang untuk mengucap syukur atas anugerah Tuhan yang memberikannya kesempatan untuk memasuki tahun yang baru kembali. Pada umumnya, kebiasaan masyarakat Tionghoa, Tahun Baru Imlek dirayakan dengan berbagai cara, Pertama, refleksi diri, yakni mensyukuri hadirnya Imlek dengan merefleksikan perjalanan hidup selama setahun yang telah dilewati. Saat refleksi tersebut juga mencatat kesalahan-kesalahan dan berjanji saat sembahyang kepada Tuhan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu dan memulai tahun yang baru dengan cara hidup yang baru. Kedua, berkumpul dengan seluruh keluarga besar. Ini merupakan kebiasaan yang pasti selalu dilakukan warga Tionghoa, bahkan dari tempat jauh pun akan didatangi. Ada kewajiban yang muda mendatangi yang tua, dan juga yang diutamakan kedua orang tua dan juga orangtua besan. Mereka akan berusaha sekuat tenaga agar momen kebersamaan itu tidak sampai terlewatkan untuk saling mengucapkan selamat tahun baru. Seperti layaknya warga Betawi ketika lebaran (Raya Idul Fitri) yang sungkeman ke orang tua masing-masing.Ketiga, bagi-bagi angpao.Kebiasaan inilah yang selalu ditunggu-tunggu anak-anak. Karena selain refleksi diri, berkumpul keluarga besar dan saling mengucapkan selamat imlek, momen bagi-bagi angpao dari angkatan tua kepada angkatan muda juga menjadi tradisi yang dinantikan. Pemberian angpao ini dimaknai sebagai simbol perhatian dari yang tua kepada yang muda dengan harapan yang muda dapat mencapai kemajuan melebihi yang tua, khususnya dalam bidang ekonomi.Keempat, mengenakan baju baru. Kebiasaan ini merupakan simbol meninggalkan hal-hal yang telah lalu dengan mengenakan sesuatu yang baru.Kelima, warna merah. Dalam setiap kali perayaan Imlek, salah satu warna paling identik adalah merah. Warna merah bagi masyarakat Tionghoa mencerminkan kegembiraan dan dalam memulai sesuatu yang baru sangat diyakini akan menghasilkan sesuatu yang positif jika dimulai dengan perasaan gembira. Kegembiraan pada hari raya dalam tradisi betawi disebut dengan “Lebaran”, maka kegembiraan pada saat imlek bagi masyarakat betawi dikenal dengan istilah “Lebaran Cina” dan masyarakat Betawipun turut bergembira dengan memasak masakan spesial yakni ikan bandeng, kue keranjang (dodol cina) dan lain-lain. Inilah wujud akulturasi Betawi sebagai etnik global. Kaya dengan sentuhan budaya nusantara dan budaya dunia. Sehingga Betawi adalah miniatur manusia Indonesia bahkan dunia (global). Selasa pagi di Rawa Belong Jakarta barat, masyarakat Betawi menyelenggarakan festivalikan Bandeng bersamaan dengan perayaan imlek (tahun baru cina) menjadi wujud nyata akulturasi dan moderasi orang Betawi dalam berbudaya. Selamat festival ikan bandeng Rawa Belong🙏
*aw/ pjmi/ ab/ nf/ 280125
KOMENTAR TERBARU