
Dr.H.M. Suaidi M.Ag.
بسم الله الرحمن الرحيم
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
الإسراء
Isra Mikraj merupakan dua perjalanan suci yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam waktu satu malam. Peristiwa ini menjadi salah satu momen penting dalam sejarah Islam, karena di sinilah kewajiban salat lima waktu ditetapkan bagi umat Islam.
Perjalanan ini melibatkan dua fase utama, yaitu Isra, perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Lalu, Mikraj, perjalanan dari Masjidil Aqsa ke langit sap tujuh hingga Sidratul Muntaha.
Dilansir dari laman Kemenag, peristiwa ini diyakini terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah, sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Menurut mayoritas ulama, seperti Al-Maududi, Isra Mikraj terjadi sekitar tahun 620-621 M atau satu tahun sebelum hijrah.
Pendapat populer lainnya menyebutkan peristiwa ini terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian. Namun, ulama seperti Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri berpendapat bahwa tidak ada konsensus pasti mengenai tanggal peristiwa Isra Mikraj, mengingat beragamnya riwayat yang ada.
Isra Mikraj bukanlah sekadar perjalanan fisik, melainkan perjalanan spiritual yang memperlihatkan kebesaran Allah SWT dan menjadi simbol perjalanan rohani manusia menuju kesempurnaan. Dalam perjalanan ini, Nabi SAW menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan bertemu para nabi sebelumnya.
Menurut John Renerd, Isra Mikraj adalah salah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam hidup Nabi Muhammad SAW, selain hijrah ke Madinah dan Haji Wada. Seyyed Hossein Nasr menambahkan, pengalaman Mikraj mencerminkan hakikat spiritual salat yang dijalankan umat Islam sehari-hari.
Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW diberangkatkan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dengan kendaraan bernama buraq. Di Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad SAW menjadi imam salat bagi para nabi sebelumnya.
Buraq adalah hewan putih panjang, berbadan besar melebihi keledai dan bersayap. Dikisahkan buraq, sekali melangkah bisa menempuh perjalanan sejauh mata memandang dalam sekejap untuk melewati tujuh langit dan bertemu para penghuni di setiap tingkatan.
Perjalanan dilanjutkan dengan Mikraj, di mana Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit. Pada setiap tingkatan langit, Nabi SAW bertemu para nabi seperti Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Perjalanan ini mencapai puncaknya di Sidratul Muntaha, tempat Nabi SAW menerima perintah salat lima waktu langsung dari Allah SWT.
Perjalanan ke Masjidil Aqsa mengandung hikmah besar. Pertama, perjalanan ini menunjukkan Nabi Muhammad SAW adalah bagian dari rangkaian para nabi dari golongan Nabi Ibrahim.
Kedua, memperlihatkan hubungan spiritual Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa, dua tempat suci dalam Islam. Ketiga, Allah SWT ingin menunjukkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW.
Isra Mikraj menyimpan banyak pelajaran berharga, terutama dalam konteks kepemimpinan dan moralitas. Perjalanan ini dimulai dengan pembersihan hati Nabi Muhammad SAW, menunjukkan pentingnya integritas dan kesucian hati dalam menjalankan tugas kepemimpinan.
Ketika Nabi Muhammad SAW bertemu dengan para nabi sebelumnya, mengajarkan pentingnya belajar dari pengalaman dan hikmah sejarah. Sedangkan ketika Nabi Muhammad SAW kembali ke bumi untuk menyampaikan ajaran Allah SWT, menunjukkan seorang pemimpin harus peduli terhadap kebutuhan umatnya.
Salat mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhannya dan sesama manusia. Dan, Isra Mikraj bukan hanya perjalanan fisik, tetapi perjalanan rohani yang menjadi fondasi penting dalam Islam.
Peristiwa ini mengajarkan umat Islam tentang kesempurnaan spiritual, integritas, dan tanggung jawab. Dengan meneladani nilai-nilai dari Isra Mikraj, umat Islam diharapkan dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
والله اعلم
*aw/ pjmi/ ab/ nf/ 260125
KOMENTAR TERBARU