ARAHBANUA.COM
Jakarta, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia menjadikan Bimbingan dan Konseling (BK) sebagai salah satu program prioritasnya. BK merupakan strategi pendidikan bermutu, yang dapat membentuk karakter siswa dengan baik dan mendorong daya saing.
Hal tersebut disampaikan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam As Syafiiyah (FKIP UIA) DR. Misbah Fikrianto MM, M.Si, M.Pd., saat membuka webinar internasinal bertema: Islamic Counseling in a Global Context: Bridging Tradition and Modernity” (Konseling Islam dalam Konteks Global: Menjembatani Tradisi dan Modernitas), Sabtu 11 Januari 2025.
“Bimbingan dan Konseling mendorong interaksi dan ekosistem yang berkualitas. Bimbingan dan Konseling sangat penting untuk membangun sumber daya manusia yang memiliki daya saing yang tinggi. Semua keilmuan Bimbingan dan Konseling dibutuhkan masyarakat untuk memberikan kemudahan dan solusi terhadap berbagai tantangan,” tutur Misbah.
Pemberi materi pada webinar yang sangat menarik ini, antara lain Mr. Wazir Ali, M.IR., M.Ed., M.Phil from Sebelas Maret University and the Ministry of Education, Pakistan. Mr Moses Adeleke Adeoye, M.Ed., P.G.D., B.A., N.CE. from Al-Hikmah University, Ilorin, Nigeria. Mr. Dermawan, S.Psi., M.Pd from MAN 2 Kota Pekanbaru dan Mrs. Dr. Failasufah., M.Pd.I from MAN 3 Sleman.
Webinar dipandu langsung Kaprodi BK UIA Mrs Dita Juwita, M.Pd dan Wakil Dekan FKIP Sabar Lesmana, M.Si Kons. Dan MC / penerjemah dua orang mahasiswa terbaik UIA Shakira Amalia dan Avvena Sanit.
Banyak informasi menarik dan aktual disampaikan oleh para pembicara yang benar-benar mumpuni dan menguasai konteks pembicaraan. Baik pembicara dari dalam maupun dari luar negeri.
Terutama yang disampaikan oleh pembicara dari MAN 2 Pakanbaru, Dermawan, yang mengangkat topik problem bimbingan dan konseling di era industri 4.0. Di era ini, menurut Darmawan, guru BK mempunyai tantangan yang sangat besar. Karena perubahan yang dibawa oleh industry (informasi) sangat cepat.
Berbagai platform media sosial pun bermunculan, menawarkan kemudahan-kemudahan berkomunikasi sampai ke informasi paling rahasia, dan susah dikontrol oleh pihak ketiga. Termasuk oleh orang tua.
“Tantangannya adalah, konselor harus bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang cepat itu, dengan memanfaatkan media sosial sebagai sarana konsultasi. Artinya konselor harus menguasai teknologi informasi yang berubah cepat itu, Kalau tidak bisa menguasainya maka bimbingan yang diberikan akan sia-sia” tuturnya.
Ketika ditanya floor mengenai penyakit ‘skizoferenia medsos’ yakni ketidakkonsistenan antara sikap individu sehari-hari dengan penampilannya di platform media sosial yang dia milikinya. Atau adanya semacam pribadi ganda yang saling bertolak belakang antara kehidupan nyatanya dengan kehidupan mayanya.
Misalnya di media sosial dia selalu menampilkan nasehat-nasehat yang baik, berdakwah, mengutip ayat-ayat al-Quran dan hadis, menyebar kata-kata mutiara dll. Sementara di kehidupan sehar-hari ternyata dia adalah seorang yang bermental buruk, introvert dan bisa jadi seorang maniak atau mempunyai kelainan mental.
Menjawab pertanyaaan ini Dermawan yang sudah lebih dari 20 tahun menjadi guru BK mengakui, bahwa gejala ini menjadi fenomena yang mengkhawatirkan.
“Ada kemungkinan di dunia nyata dia kurang mampu beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga ia menyalurkan di dunia maya (medsos) yang dia kelola,” tutur Dermawan.
Fenomena ini, lanjut Dermawan, akan terus berkembang.
“Ini merupakan tantangan serius bagi konselor (guru BK) era milenial untuk bisa mengatasinya,” tutup Dermawan..*** (
il/ pjmi/ ab/ nf
KOMENTAR TERBARU