17 Januari 2025
Gambar WhatsApp 2025-01-03 pukul 18.52.06_f34f29d0

ARAHBANUA.COM

 

Oleh : Azis Khafia

Memasuki bulan mulia yakni bulan yang masuk dalm empat bulan yang dimuliakan dalam kalender islam yang disebut empat bulan mulia (asyhaurul hurum). Bagi masyarakat Betawi seperti kedatangan tamu yang luar biasa. Dia adalah salah satu bulan yang ada dalam kalender Islam, yaitu Bulan Rajab atau rejeb (base betawinya). Rajab merupakan salah satu bulan yang sangat mulia dan banyak memiliki keutamaan dalam Islam, karenanya, umat Islam di dunia sangat antusias menanti kedatangannya, termasuk masyarakat Betawi. Empat bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT atau disebut dengan Asyhurul Hurum . Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةًۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ ۝٣٦

Artinya :

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa. (QS. At Taubah: 36).

Empat bulan dalam ayat tersebut adalah bulan Muharram, Rajab, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah, sebagaimana yang telah dijelaskan langsung oleh Rasulullah SAW melalui hadits-haditsnya. Diantaranya, dalam Khutbah haji wada’, Rasulullah SAW menyampaikan :

إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Artinya :

“Sesungguhnya waktu telah berputar sebagaimana mestinya, hal itu ditetapkan pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun ada dua belas bulan, diantaranya ada empat bulan yang mulia. Tiga darinya berturut-turut, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab yang biasa diagungkan Bani Mudlar yaitu antara Jumadil Tsani dan Sya’ban.” (HR. Bukhari)

Bagi Muslim Betawi, kadatangan bulan Rajab merupakan bulan yang membawa keberkahan, kebahagiaan dan keselamatan. Karena di Majelis-majelis Betawi dikumandangkan doa berharap berkah yakni ;

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Artinya :

“Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami di bulan Ramadhan.”

Dengan do’a ini mereka mengharapkan keberkahan dan mempersiapkan diri penuh optimis menuju bulan suci romadhan.

Makna dan Keutamaan Bulan Rajab

Bulan Rajab adalah bulan ketujuh dalam kalender Islam. Kata Rajab berasal dari kata “Rajaba”, artinya “Menghormati” atau Mengagungkan. Nama ini diberikan karens pada bulan ini, suku-suku Arab dahulu menghormati dan menghentikan semua peperangan dan pertumpahan darah.
Di antara keutamaan bulan Rajab adalah : Pintu Taubat terbuka lebar dan semua dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan. Di sinilah kesempatan terbaik umat Islam untuk berdo’a dan minta ampun dengan melakukan Taubatan Nasuha. Insya Allah diampuni segala dosa, dan kesalahannya, selain dosa syirik.

Tradisi Rajaban di Betawi

Masyarakat Betawi yang dikenal sebagai masyarakat religius, selalu berusaha mengamalkan semua tradisi dan ajaran Islam. Mereka sangat percaya bahwa tradisi Islam dan ajarannya akan mampu membawa keberkahan, keselamatan dan kebahagiasn mereka, di dunia dan akhirat. Biasanya mereka membersihkan diri dengan mandi di sore hari menjelang shalat Ashar. Kemudian usai shalat Ashar, mereka berdzikir, bertasbih dan membaca al-qur’an sambil menunggu waktu shalat maghrib. Kenapa mereka menunggu waktu hingga maghrib..? Karena pergantian tahun dan bulan dalam tradisi Islam diawali saat menjelang maghrib atau sesudah ashar (ba’da ashar). Selain itu, orang Betawi percaya waktu ashar adalah sholat wustha (sholat pertengahan) adalah waktu yang mustajab dan segala do’a dan permohonan akan kabulkan oleh Allah SWT .
Selain itu, pada malam harinya, terutama setelah Shalat Isya dan sebelum tidur, Muslim Betawi melalukan Shalat Istikharah untuk memohon bimbingan dan keputusan yang tepat dari Allah SWT mengenai pilihan hidup buat mereka. Setelah itu mereka berdzikir dan bermunajat agar permohonan mereka diberikan yang terbaik.
Kemudian pada hari pertama bulan Rajab, mereka berpuasa sebagsi bentuk ibadah dan meningkatkan ketakwaan.
Selain melakukan tradisi tersebut, Muslim Betawi mengadakan kajian dan pengajian untuk memperdalam pengetahuan agama dengan mengundang ulama untuk memberikan materi ilmu agama Islam agar mereka semakin tahu tentang ajaran Islam yang sesungguhnya.
Di samping itu, tradisi lain yang dilakukan Muslim Betawi memberikan Infaq dan Sadaqah untuk fakir miskin, yatim piatu dan kelompok dhu’afa. Mereka menyisihkan pendapatan untuk berbagi antar sesams umat Islam, yang tidak hanya diberikan kepada Muslim Betawi yang termasuk 8 Asnaf, tetapi diberikan kepada mereka yang betul-betul membutuhkan finansial.

Peringatan Isra Mi’raj

Selain tradisi yang dipertahankan tersebut di atas, ada tradisi Muslim Dunia yang juga dilakukan, seperti tradisi memperingati perayaan Isra Mi’raj. Tradisi ini biasanya dilakukan dengan mengundang Mubaligh (Kyai, tuan guru, Ulama) sebagai narasumber untuk memberikan ceramah agama (tausiah) tentang sejarah Nabi Muhammad SAW, khususnya ketika mendapat panggilan dari Allah SWT untuk bertemu dengan Allah dan diperlihatkan segala kekuasaan Allah SWT dan mendapatkan perintah untuk melaksanakan shalat lima waktu.

BUROQ

Hal unik lainnya dari tradisi Islam di Betawi adalah tentang kendaraan yang digunakan Nabi Muhammad saat dari Mekah (Masjid Haram) menuju Palestina (Masjid Aqsha) hingga sampai sidratul muntaha. Kendaraan tersebut dikenal dengan nama buroq, bermakna kilat atau cahaya.
Perjalanan horisontal (Isra) dan vertikal (Mi’raj) yang dilakukan Rasulullah SAW menggunakan kendaraan khusus yang bernama buraq. Lalu, sebenarnya buraq itu seperti apa?
Perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW adalah salah satu mukjizat terbesar dalam sejarah umat manusia. Hingga kini, umat Islam merayakan Isra Mi’raj di bulan Rajab.
Perjalanan itu pun disebut sangat agung dan mulia. Bahkan buraq yang jadi alat transportasi nabi dalam Isra Mi’raj itu pun masih dibahas hingga saat ini.
Pada dasarnya, buraq adalah seekor hewan. Konon, buraq sangat istimewa dan memiliki kecepatan yang tak tertandingi dalam perjalanan tersebut. Apalagi jarak yang ditempuh dan rute perjalanan Nabi Muhammad SAW saat melaksanakan Isra Mi’raj juga terbilang jauh.
Nabi Muhammad kala itu melakukan perjalanan hingga beratus-ratus kilo hanya dalam satu malam atau sepertiga malam. Lantas, seperti apa itu buraq?
Buraq diambil dari kata ‘barq’. ‘Barq’ sendiri memiliki arti kilat yang diambil dari cara berjalan hewan yang menyerupai kilat.
Tapi, konon nama buraq juga diambil dari warna hewan yang mengkilat dan bercahaya. Banyak juga yang berpendapat bahwa hewan ini memiliki loreng di kulit seperti kambing hitam dan putih.
Konon, buraq bukan makhluk yang hanya ditunggangi Nabi Muhammad. Diriwayatkan Imam Ibnu Hajar al-Haitami bahwa Nabi Ibrahim juga sering menggunakan buraq untuk berkunjung ke istrinya yang tinggal di Makkah.
Saat itu, Nabi Ibrahim tinggal di kawasan Syam. Jaraknya memang lumayan jauh ke Kota Makkah. Nabi Ibrahim berkunjung pagi ke Makkah. Tapi ketika siang dia sudah kembali ke Syam. Dari sana, banyak yang menyebut buraq sebagai hewan yang berlari cepat melebihi kendaraan mana pun. Secara fisik, buraq yang ditunggangi Nabi Muhammad dalam perjalanan Isra Mi’raj konon berwarna putih. Ukurannya cukup besar, bahkan disebut-sebut lebih besar dari keledai. Hewan yang ditunggangi Nabi Muhammad ini juga memiliki tali kendali seperti kuda, lampu sebagai penerang, dan larinya sangat cepat. Hal ini dijelaskan dalam hadis berikut :

قال رسول الله أتيت بالبراق وهو دابة أبيض طويل فوق الحمار ودون البغل يضع حافره عند منتهى طرفه

Artinya :

“Rasulullah bersabda, ‘Aku didatangi (Jibril) bersama Buraq. Ia adalah hewan tunggangan yang berwarna putih, (ukurannya) lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal (keledai). Ia menaruh kukunya di ujung (tempat) yang ia lihat’.”
(HR Muslim).

Ukuran buraq yang besar disebut-sebut bisa membawa penumpang lebih dari satu. Nabi Muhammad juga tak menunggangi buraq seorang diri saat Isra Mi’raj. Nabi Muhammad malam itu ditemani Malaikat Jibril yang mendampinginya selama perjalanan. Masyarakat Betawi sangat meyakini eksistensi dan cukup akrab dengan buroq, hampir di rumah orang Betawi di dindingnya dihiasi gambar buroq. Dengan bentuk tubuh seperti seekor kuda yang memiliki sayap, berwajah wanita cantik dengan mahkota di kepalanya. Gambar imajinatif tersebut dimaknai sebagai gambaran imajinasi yakni ; pertama, Kuda memiliki makna sebagai kendaraan yang kokoh dan kuat, karena perjalanan cukup jauh maka memerlukan kendaraan yang kokoh, cepat dan kuat. Kedua, Sayap dimaknai sebagai alat untuk terbang, karena Nabi Muhammad melintasi perjalanan menuju angkasa maka digambarkan dengan kedua sayap pada sisi kiri dan kanan kuda. Ketiga, wanita cantik adalah simbol keindahan, ketenangan dan kelembutan, maka buroq adalah kendaraan yang sangat nyaman, aman bagi Nabi SAW. Dan keempat adalah mahkota, sebagai.simbol keagungan dan kemuliaan, baik yang mengendarai buraq maupun buroq sendiri adalah keagungan dan kemuliaan. Demikian gambaran singkat tentang buroq, yang menjadi tradisi Islam di Betawi.

 

*aw/ pjmi/ ab

Loading

redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *