ARAHBANUA.COM
oleh OVAMIR ANJUM
diterjemahkan bebas oleh Reza Nasrullah Jurnalis Arah Banua
Bagian 4 : Teologi Politik Qur’ani
Al-Qur’an memandang audien pertamanya yakni bangsa Arab sebagai kaum yang bodoh atau jaahiliyyah yang meyakini keesaan Tuhan namun tidak murni. Seorang cendekiawan berpendapat “suku bangsa Arab jahiliyyah tidak bisa disebut berkeyakinan banyak tuhan dalam pengertian murni, namun lebih tepatnya ‘musyrikiin’, yaitu seraya menerima dan mengakui adanya otoritas tertinggi ALLAH SUBHAANAHU WA TA’ALAA(SWT), namun sekaligus juga meyakini tuhan-tuhan lain yang bersekutu denganNya. (Kister, 1980:48). Sedangkan tauhid dalam Islam menuntut pengakuan dan penerimaan ALLAH SWT sebagai satu-satunya pencipta dan pemelihara alam semesta DAN sekaligus sebagai satu-satunya yang disembah. Inilah yang selalu diulang dalam Al-Qur’an sebagai ajaran para nabi dan rasulNya. Nama agama yang diserukan oleh Al-Qur’an adalah “Islam” yang bermakna “berserah diri seepenuhnya kepada ALLAH SWT”. Dalam arti spesifik lagi, Islam adalah berserah diri kepada otoritas Nabi Muhammad SAW di atas bumi, sedangkan “iman” bermaksud penyerahan diri 100% kepada kebenaran yang bersumber dari ALLAH SWT. Al-Qur’an mengaitkan langsung tauhid dengan hak tunggal ALLAH SWT membuat hukum untuk manusia. Maka sepanjang sejarah tegaknya masyarakat muslim, sejak awal Nabi Adam AS sampai Muhammad SAW lalu dilanjutkan oleh khilafah islamiyah sampai runtuhnya pada 1924 masehi, adalah wujudnya kedaulatan hukum ALLAH SWT atas mereka.
(bersambung)
KOMENTAR TERBARU