ARAHBANUA.COM
Oleh: Noorhalis Majid Ambin Demokrasi
Di tengah persiapan Pilkada yang semakin dekat, kita sedang mengalami sesuatu yang sangat mengkhawatirkan, yaitu darurat akal sehat. Dua isu terkini yang jelas-jelas menampakkan hal tersebut kita saksikan bersama-sama. Pertama, tingginya angka penyalahgunaan narkotika psikotropika dan bahan adiktif lainnya (narkoba). Setelah zenith dan dextro marak disalahgunakan, belakangan kasus mabok kecubung memakan banyak korban. Heboh di berbagai pemberitaan dan sangat memalukan.
Kedua, maraknya judi online. Menurut data, PPATK yang bertugas mengawasi dan memantau rekening mencurigakan, melaporkan bahwa uang beredar pada transaksi judi online tahun 2024 ini mencapai 600 trilyun. Meningkat cepat bagai kilat sejak tahun 2021 yang hanya 51 trilyun. Bahkan dilaporkan, terdapat lebih 2 juta orang terpapar. Bukan hanya pelajar, remaja, masyarakat biasa tergoda karena judinya dikemas dalam bentuk game, tapi juga PNS, aparat dan pejabat negara yang sangat terhormat.
Dua hal tersebut sudah cukup memberikan gambaran bahwa kita sedang berada pada situasi darurat akal sehat. Pada keadaan tersebut, mungkinkah berpikir waras tentang pemimpin seperti apa yang akan dipilih saat Pilkada?
Jangankan memikirkan Pilkada. Memikirkan diri sendiri saja tidak mampu. Bahkan segala yang dapat menjadi uang, akan diupayakan sedemikian rupa, sebab diri sudah terpapar dan akibatnya tidak ada lagi akal sehat.
Situasi ini menjadi lahan subur bagi yang ingin menang Pilkada dengan cara curang, yaitu menipu, menyogok rakyat dengan uang dan sembako, maka biarkan semarak-maraknya narkoba dan judi online, pada situasi seperti itu, segala bentuk urat malu, urat bersalah, dan urat berdosa, sedang putus. Pastilah money politik hingga berbagai siasat curang, dapat dilakukan dengan mudah.
Pertanyaan yang layak dipikirkan, apa yang bisa diharapkan dari Pilkada, di tengah darurat akal sehat? (nm)
KOMENTAR TERBARU